Selasa, 14 April 2009

SURAT DARI IBU YANG TERKOYAK HATINYA

Anakku....
Ini surat dari ibu yang tersayat hatinya. Linangan air mata
bertetesan deras menyertai tersusunnya tulisan ini. Aku lihat engkau
lelaki yang gagah lagi matang. Bacalah surat ini. Dan kau boleh
merobek-robeknya setelah itu, seperti saat engkau meremukkan kalbuku
sebelumnya.

Sejak dokter mengabari tentang kehamilan, aku berbahagia. Ibu-ibu
sangat memahami makna ini dengan baik. Awal kegembiraan dan
sekaligus perubahan psikis dan fisik. Sembilan bulan aku
mengandungmu. Seluruh aktivitas aku jalani dengan susah payah karena
kandunganku. Meski begitu, tidak mengurangikebahagiaanku.
Kesengsaraan yang tiada hentinya, bahkan kematian kulihat didepan
mataku saat aku melahirkanmu. Jeritan tangismu meneteskan air mata
kegembiraan kami.

Berikutnya, aku layaknya pelayan yang tidak pernah istirahat.
Kepenatanku demi kesehatanmu. Kegelisahanku demi kebaikanmu.
Harapanku hanya ingin melihat senyum sehatmu dan permintaanmu kepada
Ibu untuk membuatkan sesuatu.

Masa remaja pun engkau masuki. Kejantananmu semakin terlihat, Aku
pun berikhtiar untuk mencarikan gadis yang akan mendampingi hidupmu.
Kemudian tibalah saat engkau menikah. Hatiku sedih atas kepergianmu,
namun aku tetap bahagia lantaran engkau menempuh hidup baru.

Seiring perjalanan waktu, aku merasa engkau bukan anakku yang dulu.
Hak diriku telah terlupakan. Sudah sekian lama aku tidak bersua,
meski melalui telepon. Ibu tidak menuntut macam-macam. Sebulan
sekali, jadikanlah ibumu ini sebagai persinggahan, meski hanya
beberapa menit saja untuk melihat anakku.

Ibu sekarang sudah sangat lemah. Punggung sudah membungkuk, gemetar
sering melecut tubuh dan berbagai penyakit tak bosan-bosan singgah
kepadaku. Ibu semakin susah melakukan gerakan.

Anakku...
Seandainya ada yang berbuat baik kepadamu, niscaya ibu akan
berterima Kasih kepadanya. Sementara Ibu telah sekian lama berbuat
baik kepada dirimu. Manakah balasan dan terima kasihmu pada Ibu ?
Apakah engkau sudah Kehabisan rasa kasihmu pada Ibu ? Ibu bertanya-
tanya, dosa apa yang Menyebabkan dirimu enggan melihat dan
mengunjungi Ibu ? Baiklah, anggap Ibu sebagai pembantu, mana upah
Ibu selama ini ?

Anakku..
Ibu hanya ingin melihatmu saja. Lain tidak. Kapan hatimu memelas dan
luluh untuk wanita tua yang sudah lemah ini dan dirundung kerinduan,
sekaligus duka dan kesedihan ? Ibu tidak tega untuk mengadukan
kondisi ini kepada Dzat yang di atas sana. Ibu juga tidak akan
menularkan kepedihan ini kepada orang lain. Sebab, ini akan
menyeretmu kepada kedurhakaan. Musibah dan hukumanpun akan menimpamu
di dunia ini sebelum di akhirat. Ibu tidak akan sampai hati
melakukannya,

Anakku...
Walaupun bagaimanapun engkau masih buah hatiku, bunga kehidupan dan
cahaya diriku...

Anakku...
Perjalanan tahun akan menumbuhkan uban di kepalamu. Dan balasan
berasal dari jenis amalan yang dikerjakan. Nantinya, engkau akan
menulis surat kepada keturunanmu dengan linangan air mata seperti
yang Ibu alami. Di sisi Allah,kelak akan berhimpun sekian banyak
orang-orang yang menggugat.

Anakku..
Takutlah engkau kepada Allah karena kedurhakaanmu kepada Ibu.
Sekalah air mataku, ringankanlah beban kesedihanku. Terserahlah
kepadamu jika engkau ingin merobek-robek surat ini.
Ketahuilah, "Barangsiapa beramal shalih maka itu buat dirinya
sendiri. Dan orang yang berbuat jelek, maka itu (juga) menjadi
tanggungannya sendiri".

Anakku...
Ingatlah saat engkau berada di perut ibu. Ingat pula saat persalinan
yang sangat menegangkan. Ibu merasa dalam kondisi hidup atau mati.
Darah persalinan, itulah nyawa Ibu. Ingatlah saat engkau menyusui.
Ingatlah belaian sayang dan kelelahan Ibu saat engkau sakit.
Ingatlah ..... Ingatlah.... Karena itu, Allah menegaskan dengan
wasiat :
"Wahai, Rabbku, sayangilah mereka berdua seperti mereka menyayangiku
waktu aku kecil".

Anakku...
Allah berfirman:
"Artinya : Dan dalam kisah-kisah mereka terdapat pelajaran bagi
orang-orang berakal" [Yusuf : 111]

Pandanglah masa teladan dalm Islam, masa Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam masih hidup, supaya engkau memperoleh
potret bakti anak kepada orangtua.

KISAH KEDURHAKAAN KEPADA ORANG TUA

Diceritakan ada lelaki yang sangat durhaka kepada sang ayah sampai
tega menyeret ayahnya ke pintu depan untuk mengusirnya dari rumah.
Sang ayah ini dikarunia anak yang lebih durhaka darinya. Anak itu
menyeret bapaknya sampai kejalanan untuk mengusirnya dari rumahnya.
Maka sang bapak berkata :
"Cukup... Dulu aku hanya menyeret ayahku sampai pintu depan". Sang
anak menimpali : "Itulah balasanmu. Adapun tembahan ini sebagai
sedekah dariku!".

Kisah pedih lainnya, seorang Ibu yang mengisahkan
kesedihannya : "Suatu hari istri anakku meminta suaminya (anakku)
agar menempatkanku diruangan yang terpisah, berada di luar rumah.
Tanpa ragu-ragu, anakku menyetujuinya.
Saat musim dingin yang sangat menusuk, aku berusaha masuk ke dalam
rumah, tapi pintu-pintu terkunci rapat. Rasa dingin pun menusuk
tubuhku. Kondisiku semakin buruk. Annaku ingin membawaku kesuatu
tempat. Perkiraanku ke rumah sakit, tetapi ternyata ia
mencampakkanku ke panti jompo. Dan setelah itu tidak pernah lagu
menemuiku"

-----------------
Temans... Apakah kita sudah termasuk anak yang "Berbakti kepada
Orang Tua".. ???